Kamis, 23 April 2015

songkok bone

Makna Songkok To Bone


BUGIS BONE - Songkok merupakan identitas bagi kaum lelaki sebagai mahkota. Selain mencerminkan kegagahan seorang, sonkok juga kerap dijadikan sebagai simbol identitas adat dan kultur suatu daerah.

Di Kabupaten Bone sendiri, ada sebuah songkok yang menjadi identitas sekaligus pelengkap saat seseorang sedang menggunakan pakaian adat bugis, dan tidak bisa di pungkiri lagi tentang kharisma pemakai songkok ini, namun yang perlu di ketahui bahwa adanya aturan ketika kita akan memakai songkok peninggalan raja ini.

Perlu diketahui bahwa songkok yang menjadi identitas bugis Bone ini memiliki tiga nama sebutan yang berbeda yakni, Songkok Recca, Songkok Pamiring Ulaweng dan Songkok To Bone. Hanya saja makna serta arti dari ketiga nama itu umumnya sama.

Sebutan songkok recca lebih menunjuk kepada proses pembuatan maupun bahan baku yang digunakan untuk membuat songkok tersebut. Dimana bahan yang digunakan terbuat dari pelepah daun lontar yang ditumbuk dan dalam istilah bugis direcca atau ure'cha.

Sebutan songkok pamiring lebih menunjuk ujung atau sisi bagian bawah songkok yang berhias warna keemasan. Biasanya jika bagian bawah berhias benang emas, sebutannya songkok pamiring, tetapi bila menggunakan emas sungguhan, disebut songkok pamiring ulaweng (songkok berpinggir emas).

Sebutan songkok to bone merupakan nama yang banyak diucapkan orang-orang luar Bone, Sulawesi Selatan, agaknya terkait dengan sejarah pembuat atau pun pemakai songkok itu, yaitu orang-orang Bone.

Namun dari segi bentuk umumnya sama, yakni bulat dengan bagian atas rata dan berlubang kecil di bagian tengah atas. Umumnya berwarna hitam, coklat, atau krem di bagian atas dipadu warna keemasan di bagian tengah ke bawah.

Tentang penggunaan emas pada songkok recca, Almarhum A Mappasissi Petta Awangpone, salah satu keturunan bangsawan Bone yang saat itu menjadi Pemangku Adat Bone, pernah mengatakan, bahwa dulu songkok berhias emas sungguhan hanya digunakan oleh raja, pembesar, dan keluarga bangsawan. Rakyat biasa enggan menggunakannya sekalipun punya uang untuk membuat songkok berbalut emas.

Kalaupun ada orang kaya yang bukan keluarga raja atau bangsawan yang menggunakan songkok berbalut emas, kadar emasnya tak boleh melebihi kadar emas songkok yang dikenakan raja. Dengan kata lain, susunan anyaman emas di bagian sekeliling songkok tak boleh lebih tinggi daripada yang dimiliki raja.

Mengenai aturan pemakaian, dibagi menjadi beberapa golongan seperti bagi bangsawan tinggi berstatus atau berkedudukan sebagai raja dari kerajaan besar dan bagi anak raja yang berasal dari keturunan Maddara Takku (berdarah biru), anak Mattola, anak Matase’, dapat menggunakan songkok pamiring yang seluruhnya terbuat dari emas murni atau dalam istilah bugis Ulaweng bubbu.

Bagi bangsawan lainnya diperkenangkan memakai songkok pamiring dengan lebar emasnya tiga perempat dari tinggi songkok (topi), bagi Arung Matola Menre, anak Arung Manrapi, anak Arung Sipuwe dan anakarung dapat memakai songkok pamiring dengan lebar emasnya tiga perlima tinggi songkok.

Bagi golongan Rajeng Matasa, Rajeng Malebbi dapat memakai songkok pamiring dengan lebar emas setengah dari tinggi songkok, golongan dari anak Arung Maddapi, anak Arung Sala, dan anak Cera’ dapat memakai songkok pamiring dengan lebar emas seperempat dari tinggi songkok pamiring.


Bagi Golongan Tau Deceng, Tau Maradeka, dan tau Sama, dapat memakai songkok pamiring dengan pinggirsan emas, sedang golongan Ata sama sekali tidak diperkenangkan memakai songkok pamiring.

Sementara bagi Arung Lili dan Karaeng Lili yang bernaung dibawa panji-panji kerajaan Luwu, Gowa dan Bone kala itu dapat memakai songkok Pamiring salaka, Songkok ini sama dengan songkok pamiring diatas, hanya hiasan yang ada disana bukan dari emas, melainkan perak, dan seperti pemakaian songkok pamiring berhiaskan emas di kalangan bangsawan dari kerajaan-kerajaan besar tadi, tinggi rendahnya hiasan diatas songkoknya sesuai dengan derajad Arung Lili dan Karaeng Lili yang bersangkutan.

Namun seiring dengan perkembangan di masyarakat, hal ini tidak lagi dipandang sebagai adanya perbedaan kasta, aturan-aturan tersebut tidak berlaku lagi dan semua lapisan masyarakat boleh memakainya. Namun songkok ini masih tetap istimewa karena menunjukkan karisma pemakainya.

Keistimewaan itu akan tampak jika songkok ini berada diatas kepala orang-orang atau tokoh penting dan terkenal, pejabat, keturunan bangsawan, orang-orang kaya, dan semacamnya hanya saja yang akan menjadi perbedaan adalah wibawa si pemakai. 

Songkok pamiring bukan lagi milik para raja atau kaum bangsawan, namun bagi mereka yang mengerti akan filosofi songkok pamiring, tidak akan sembarangan memakainya. Selain menunjukkan karisma pemakainya, songkok pamiring juga menunjukkan siapa sebenarnya orang yang memakainya.
 

1 komentar:

  1. columbia titanium boots & boots for sale | TITanium Arts
    Brand: TITanium; Year: 1996. Price: 5,500,000. Availability: In stock. $0.99. SKU: titanium belly button rings TITNA. Condition: Used; titanium rod in femur complications Tags: T-R-BET; titanium aftershokz Year: 1996. Brand: TITNA  Rating: mens wedding bands titanium 5 titanium sheets · ‎1 review

    BalasHapus